Satu Jam itu :)


Berawal dari pesan singkat yang selalu dikirim,dan sebuah pertemuan di satu laboraturium. Dan pertemanan pun dimulai. Kemudian, suatu hari, saat kita sama-sama sudah sedikit ada kedekatan, tepatnya setelah matahari terbenam, handphoneku berdering, terlihat di layar sebuah nama yang membuat bibirku meluncurkan senyuman kecil seketika,entah apa ada yang salah dengan dia, tapi there’s a special thing :D dengan segera kubuka pesan itu. Ya, dia.. dia yang sekarang mulai nakal menggangu pikiranku, mengajakku bertemu.

Langkah kaki yang berat dan sedikit ragu, meskipun hati sedikit meroket-roket kegirangan (bahwasanya saya sudah 8bulanan lebih tidak dekat dan pergi dengan lawan jenis- no komen ya). Aku mantap untuk mendekatinya di jalanan, yang lebih sering dikenal dengan boulvard. Sedikit kaku saat pertama kali bertemu berdua dengannya. Ya, hanya berdua, saya dan dirinya. Oke, entah apalah namanya, mungkin ini suatu sindrom yang dialami, emmmm. Saat sebuah reaksi kimia terjadi #tsaaahh. Kemudian, di suatu tempat. Sambil sedikit mengisi perut. Ada obrolan kecil, yang menurut ku, yah,sangat sangat menyenangkan dan cukup ada antusiasnisme (bener gak ya? -_-‘’ ) diantara kami untuk saling menanggapi.

Disini, aku bisa dibilang cukup bawel untuk kategori pergi pertama kali dengan sorang lawan jenis. Dimulai dari aku yang bercerita tentang aktifitasku di bidang jurnalisme ( karena saya ikut kegiatan LPM - lembaga pers mahasiswa- ) , aku pun entah mengapa langsung bercerita panjang lebar padanya. Dia pun selalu mendengar dan memperhatikanku saat mulutku tidak menti-hentinya berkata-kata. Sesekali pun dia bertanya padaku, “ Kamu ndak repot po ikut kegiatan kayak gitu?”, dengan sedikit logat jogjanya tentu. Lalu sempat menanyakan “ Paling malam pulang jam berapa Die? “, ya, Dia memanggilku Die, entah kenapa, tidak seperti teman-temanku. Ok, selagi itu masih sebuah namaku, masih untung dipanggil Die, bukan paijo, atau oneng. Lalu aku sedikit bercerita juga tentang satu jurusan di kampus kami, dan dia menanggapi ”ohh, gitu ya Die, aku baru ngerti, wah pengetahuan baru ni”. Yah, baguslah kalau dia suka sama apa yang aku ceritain.
Lalu, beberapa saat, setelah bibirku cukup lelah bercakap-cakap. Awalnya dia menagih janji aku yang dulu pernah mengeluh akan teman-temanku di kampus, tapi aku mengelak. Dan segeralah dia dengan suka rela yang bercerita tentang sahabatnya. Mungkin begini yang aku tangkap dari ceritanya.

Dulu dia sempat merasakan wawancara juga, tapi ke petani-petani di jogja, saat sekolah menengah di smp8 (kalau tidak salah ya) , dia ke daerah “dayu” di sleman, untuk tugas biologinya. Dia bersama rekannya di sekolah, pada jaman SMP sudah jalan-jalan membawa sepeda motor sampai sleman. Karena masih jaman SMP, sekali bertanya, langsung sak ceplosnya lalu bapak petaninya marah-marah,diapun kabur seketika. Aku langsung tertawa mendengarnya cerita itu. Lalu,setelah Sekolah menengah, dia dengan beberapa kawan SMA-nya, sepakat untuk sama-sama kuliah di kampus kami sekarang, dia menceritakan betapa berartinya dukungan seorang teman, bahkan mungkin sahabat. Dari awal-awal masuk semester awal, saling memberi dukungan satu sama lain, meskipun ada yang berbeda kelas itu tak menjadi halangan buat mereka. Ada kalanya mereka belajar bersama, di rumah atau kost salah satu dari mereka yang ada di “atas” (kaliurang –red), berhubung kebanyakan dari mereka adalah orang Jogja asli dan tinggal dengan orang tua yang rumahnya ada di jantung kota Jogja. Sempat ada sedikit lika-liku yang membuat mereka segan kembali ke tempat salah seorang kawannya, yah sepertinya faktor terlalu lama singgah, bahkan sampai larut malam dan lupa waktu. Sejak saat itu mereka ber 6 (kayaknya sih, entah 6 atau 7 orang ) punya cita cita untuk menjadi seorang asisten dosen atau asisten laboraturium. Yang aku suka disini, mereka saling memberi support satu sama lain agar tidak menyerah, terus belajar, dan berjuang mencapai cita-citanya. Wah aku salut banget ini kalo udah punya temen yang klop banget, yang satu jatuh, lainnya membantu untuk berdiri lagi, dan seterusnya. Dan sampailah sekarang mereka pada tujuannya, semester 5 mereka sudah bisa menjadi asisten laboraturium, bahkan asisten dosen. Yang sekarang aku juga mengenal mereka :D Kira kira seperti itu inti obrolan kami, masih ada lainnya, tapi hanya intermezo-intermezo kecil serta candaan-candaan yang sangat sangat berkesan.

Tidak seperti aku, teman baik pun, dikampus ini ndak ada sama sekali, jadi yah, tidak ada yang bisa support aku , tidak ada kawan untuk berjuang bersama-sama. Sulit, sempat aku putus asa dan malas-malasan, tapi aku masih ingat kedua orangtuaku, mereka selalu ada buat aku kok:)
Sekitar sejam-an kami bercerita dan duduk-duduk. Pastilah yang namanya pertemuan ada perpisahan. Tapi perpisahan disini bukan untuk selamanya loh yaaa, bisa-bisa kangen aku sama dia #tsaaah. Yak, ini benar-benar sebuah kesempatan yang patut untuk dikenang :)





Terimakasih buat satu jam yang cukup bermakna. Semoga lain waktu masih akan ada satu jam satu jam lainnya, bahkan lebih dari satu jam. :))

0 comments:

Post a Comment

 
My Life My World Blog Design by Ipietoon